ESSAY : Save ABK (Perbedaan Itu Indah)




Anak berkubutuhan khusus atau dikenal dengan sebutan anak luar biasa merupakan suatu kata yang tidak asing lagi didengarkan pada era masyarakat modern seperti saat sekarang ini. Ketika mendengar atau berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus, sebagian besar yang terlintas dipikiran kita adalah dimana anak tersebut mengalami kecacatan dan kelainan perkembangan saraf sejak kecil dengan beragam karakteristik mereka yang cenderung kesulitan dalam berkomunikasi secara normal ataupun memahami emosi dan perasaan orang lain, serta kesulitan membina hubungan sosial. Hal inilah yang menjadikan rata-rata orang tua akan mengeluh manakala dihadapkan pada situasi sulit seperti itu, bahkan tidak sedikit orang tua yang sengaja menjauhkan sang buah hati dari anak berkubutuhan khusus karena adanya perbedaan baik dari segi fisik maupun tingkah laku keduanya. Padahal menurut saya, perbedaan tersebut bukanlah suatu keburukan yang akan merugikan orang lain, melainkan kekurangan yang perlu perhatian khusus dari semua kalangan masyarakat.
Pertama, jika kita perhatikan saat ini tidak jarang anak berkebutuhan khusus menerima perlakuan yang tidak menyenangkan. Banyak dari mereka menjadi bahan olok-olokan temannya di sekolah. Perlakuan ini tentu akan menyinggung perasaan si penyandang berkebutuhan khusus. Walaupun pada dasarnya mereka kesulitan dalam memahami perasaan orang lain dan sensitif  terhadap lingkungan sekitar, tetapi sejatinya anak berkebutuhan khusus juga memiliki perasaan seperti anak-anak pada umumnya. Mereka memiliki keinginan untuk dapat hidup secara normal. Dalam menanggapi perlakuan seperti itu, sudah seharusnya kita berpikir dewasa agar dapat menerima perbedaan ini. Ada kecenderungan bahwa anak berkebutuhan khusus lebih mudah dibimbing dan diarahkan oleh orang yang sabar dan ikhlas dalam mendidiknya, bukan dengan paksaan apalagi menyakiti. Perlu adanya motivasi yang kuat dari orang-orang terdekat seperti keluarga agar mereka mampu berkembang dan semangat dalam menjalani hidup.
Kedua, anak berkebutuhan khusus ternyata mampu meraih prestasi. Bukan hanya anak normal saja yang mampu berprestasi, anak luar biasapun mampu berprestasi dalam keterbatasan yang mereka miliki. Ada suatu hal yang menarik pada diri seorang anak berkebutuhan khusus, walaupun kebanyakan mereka cenderung sulit diarahkan dan bertindak sesuai keinginannya, pada hakikatnya mereka memiliki keingintahuan yang tinggi. Anak berkebutuhan khusus memiliki kelebihan, seperti lebih kreatif, kemampuan visual lebih baik, otak lebih besar, dan lebih cerdas. Berbagai contoh prestasi yang telah diraih oleh penyandang berkebutuhan khusus dapat dibuktikan dengan prestasi Albert Einstein dan Issac Newton, kedua ilmuwan ini mampu menorehkan kegemilangan prestasi dengan pemikiran dan penemuannya. Selain itu, ada Daniel Tammet dengan karya bukunya yang mampu mencetak predikat best seller, Temple Grandin berhasil menjadi seorang professor di bidang ilmu hewan, Habibie Afsyah sukses sebagai internet marketer, dan masih banyak lagi contoh prestasi yang diraih si anak luar biasa di berbagai belahan dunia. Pembuktian prestasi ini menunjukan bahwa dibalik perbedaan seorang anak berkebutuhan khusus masih ada kelebihan yang dapat ditorehkan,    karena setiap anak yang dilahirkan di muka bumi ini pasti ditakdirkan Tuhan memiliki peranan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia apabila didukung dan dididik dengan benar.
Maka dari itu, yakinlah bahwa perbedaan yang kita miliki dengan seorang anak yang berkebutuhan khusus itu indah. Biarkan mereka tumbuh sesuai fitrahnya sebagai manusia ciptaan Tuhan. Tidak ada seorang anak pun di dunia ini yang ingin terlahir dalam kondisi berkebutuhan khusus. Ketika mereka menjalani kehidupan sebagai anak luar biasa, butuh perjuangan berat dan psikologis yang baik agar mampu bertahan. Berperilakulah kepada sesama manusia dengan bijaksana. Beberapa dari kita mungkin tidak beruntung karena memiliki kekurangan atau kecacatan. Namun, bukan berarti kita menyela mereka karena kekurangannya. Bukankah kita sebagai manusia hidup untuk saling melengkapi kekurangan yang ada satu sama lain? Lalu terkadang apa yang membuatmu menghina mereka? Bukankah sama artinya kau menghina ciptaan Tuhan? Pantaskah?

 Ditulis oleh : Arni Tsalitsa (dalam lomba essay Komunitas Peduli Autis Bogor) - 11/2/2017.


No comments:

Post a Comment